[Match Analysis] Jerman 2-1 Aljazair : Kesabaran Jerman Membongkar Kerapatan Aljazair

Analisis

by redaksi

[Match Analysis] Jerman 2-1 Aljazair : Kesabaran Jerman Membongkar Kerapatan Aljazair

Di luar dugaan, Jerman, butuh waktu 92 menit untuk menghapus memori kelam mereka di Piala Dunia 1982. Dimana mereka ( Jerman Barat) saat itu, kalah dari Aljazair, 1-2, di stadion El Molinon, Gijon.

“Apakah kami harus bermain atraktif, tapi tersingkir?” ujar Per Martesacker saat ditanya wartawan seusai pertadingan babak perdelapan final antara Jerman melawan Aljazair. Ya, meski tak tampil bagus-bagus amat, akhirnya Jerman berhasil melaju ke babak perempat final. Di babak delapan besar nanti, anak asuh Joachim Loew sudah di tunggu oleh Perancis, yang pada pertandingan sebelumnya, berhasil mengalahkan wakil Afrika lainnya, Nigeria.

match-report-GER---ALG2 (1)

Perancis tentu bukan lawan yang mudah bagi Jerman. Dan, meski berhasil mengatasi perlawanan Aljazair, masih banyak yang harus diperbaiki dari skuat asuhan Joachim Loew ini. Yang pertama, tentu terkait penyelesaian akhir. Setelah mampu mencetak 7 gol di fase grup, semalam, mereka terlihat kurang klinis dalam  penyelesaian akhir. Selain itu, Jerman juga harus memberbaiki barisan pertahan mereka.  Saat menghadapi Perancis, yang bermain lebih terbuka ketimbang Aljazair, tentu backfour mereka tak boleh terlalu terpancing untuk sering membantu penyerangan, layaknya tadi malam.

Sedangkan di sisi lain, meski kalah, namun kita tetap harus memberikan aprsiasi setinggi-tingginya pada Aljazair. Mereka telah melakukan pekerjaan mereka dengan baik, setidaknya selama 90 menit. Bersama Vahid Halilhodzic, tim Singa Gurun telah berubah menjadi tim yang sangat dinamis. Cepat dalam melakukan transisi, baik dari menyerang ke bertahan, maupun sebaliknya.

Aljazair Tetap Mengandalkan Kerapatan

Sebenarnya, semalam, Aljazair tak banyak melakukan perubahan. Anak asuh Halilhodzic itu tetap bermain dengan pola andalan, 4-2-3-1. Pun begitu saat bertahan, mereka lebih memilih untuk menumpuk banyak pemain di tengah.

Seperti biasanya, saat kehilangan bola Halilhodzic menginstruksikan anak didiknya untuk lebih memilih menunggu pemain lawan untuk masuk ke daerah pertahanan mereka. Begitu juga dengan semalam. Pemain-pemain Jerman memang sengaja diberikan keleluasaan untuk memainkan bola dan melakukan operan di area permainan mereka sendiri.

Aljazair baru melakukan pressing saat Philip Lahm dkk. saat memasuki  area pertahanan Singa Gurun. Maka tak heran, jika dalam pertandingan semalam, Aljazair, tercatat, bisa melakukan 18 kali intercepts, dengan 14 kali diantaranya dilakukan di area pertahanan mereka sendiri.

post-match-intercept-algeria

Grafis intercepts Aljazair


Yang kemudian sedikit berbeda adalah cara menyerang dan juga garis pertahanan mereka. Saat bertahan, malam tadi, Serigala Gurun tak lagi memasang garis pertahan tinggi, seperti saat melawan Rusia di pertandingan terakhir babak grup. Kali ini, mereka lebih memilih untuk memasang garis pertahan rendah. Dengan sedikit menarik Mehdi Mustafa sedikit ke belakang, berdiri sejajar dengan backfour. Sedangkan Sofiane Feghouli dan El Arbi Hillel Soudani, saat kehilangan bola, tetap diinstruksikan merapat dengan pemain Mehdi Lacan, untuk menjaga kerapatan lini tengah.

Selain itu, saat diserang, Halilhodzic juga menginstruksiak duo fullback Aljazair, Goulam dan Mandi, untuk terus memberi penjagaan kepada Mario Gotze, yang kemudian diganti oleh Andre Schurrle di paruh kedua, dan juga Mezut Ozil.

Sementara saat menyerang, Aljazair masih tetap mengandalkan umpan-umpan jauh. Tapi, jika pada pertandingan melawan Rusia, bola selalu dikirimkan langsung ke Abdelmoumene Djabou, tidak demikian dengan tadi malam. Semalam, saat pemain-pemain Aljazair mendapatkan bola, mereka selalu mengarahkan langsung ke Islam Slimani yang digantung di depan sendirian dan berperan sebagai decoy.

Sedangkan saat menyerang, semalam, Aljazair juga tak lagi mengandalkan crossing untuk masuk kotak penalti Jerman. Singa Gurun lebih memilih mengandalkan umpan terobosan ataupun kecepatan Feghouli-Soudani dalam melakukan cutting inside, mengingat Jerman memilikipemain belakang dengan postur tinggi.

Jerman yang Mengalami Kebuntuan

Rapatnya jarak antar pemain Aljazair memang telah menyulitkan pemain-pemain Jerman untuk merangsak masuk ke sepertiga akhir lapangan lawan. Terlebih Aljazair juga memasang garis pertahan yang rendah. Dua hal inilah yang membuat trio lini depan Jerman, Gotze-Mueller-Ozil, sedikit terisolasi di babak pertama.

passing


Grafis passing Jerman selama 90 menit. Sumber Squawka.com


Melihat Gotze dapat dimatikan oleh Aissa Mandi, Loew pun memilih untuk menarik keluar pemain asal Bayern Munich itu, dan memasukkan Andre Schurrle. Dengan memasukkan Schurrle, Loew sebenarnya menginginkan adanya variasi serangan dan mengecoh fullback Aljazair.  Namun, nyatanya, duet fullback Aljazair, Goulam-Mandi, tetap tak terkecoh, dan Jerman tetap kesulitan masuk ke area kotak penalti.

Tak hanya itu, selain membuat pemain Jerman frustasi, kedisiplinan pemain Aljazair dalam menjaga posnya, juga memaksa pemain belakang Jerman untuk sering naik membantu penyerangan. Hal inilah yang sebenarnya membuat garis pertahanan Jerman, semalam, terlihat tinggi.

Situasi tersebut, sebenarnya, sempat beberapa kali dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemain Aljazair. Saat mendapat bola, mereka dengan cepat mengirimkan umpan jauh ke depan.

Tak jarang, dengan kecepatan lini depan Aljazair itu dapat mengelabuhi barisan pemain belakang Jerman yang lamban,  lalu  masuk ke sepertiga akhir lapangan lawan tanpa  pengawalan. Kondisi inilah kemudian memaksa kiper Jerman, Manuel Neur, sering keluar dari sarangnya untuk menyapu bola, menjadi sweeper.

Kebugaran yang Menentukan

Kebugaranlah yang tampaknya berbicara banyak pada pertandingan kali ini. Terus menerus melakukan transisi dari bertahan ke menyerang dengan cepat selama 90 menit, tentu membuat stamina Singa Gurun menjadi terkuras. Terlebih saat mereka harus  menjalani babak perpanjangan waktu. Sesuatu yang kemudian berdampak pada menurunnya konsentrasi dan juga koordinasi antar lini.

Tak butuh waktu lama untuk membuktikan hal ini. Saat memasuki menit kedua masa perpanjangan waktu. Dimana menurunnya konsentrasi dan buruknya koordinasi antar lini Aljazair tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Die Nationalmannschaft.

Ketika Thomas Mueller melepaskan umpan, Fauzi Ghoulam tidak menyadari kalau Andre Schurrle tiba-tiba muncul dari belakang, dan dengan mudah meceploskan bola ke gawang. Praktis, selain membuat Singa Gurun tertinggal satu angka, gol Schurrle tersebut juga telah meruntuhkan mental pemain Aljazair. Pertahanan yang mereka galang, ternyata hanya mampu bertahan selama sembilan puluh menit saja.

gol_schurrle


Grafis proses gol Andre Schurrle.


Kesimpulan

Bermain dengan menurunkan empat centerback secara bersamaan ternyata telah mengganggu keseimbangan permainan Jerman. Karena, saat mengalami kebuntuan para pemain belakang Jerman, seringkali naik untuk membantu penyerangan. Sehingga membuat garis pertahanan mereka tinggi. Tidak ada salahnya, memang. Mengingat Der Panzer memiliki kiper sekelas Manuel Neuer, yang selalu sigap untuk keluar dari posnya dan menyapu bola. Tapi hal ini, tampaknya, akan sedikit menjadi masalah jika  Jerman harus berhadapan dengan tim yang bermain lebih terbuka.

Secara keseluruhan, meski kalah, Aljazair juga sudah bermain baik. Kedisiplinan pemain dan kerapatan antar lini mereka, telah berhasil meredam agresifitas Mezut Ozil cs. Sayang, terlepas dari sedang menjalani ibadah Ramadhan, kebugaran pemain Aljazair menurun saat memasuki masa perpanjangan waktu. Hal yang kemudian menjadikan konsentrasi dan komunikasi antar pemain menjadi menurun.

Komentar