Oscar Tabarez: Guru SD yang Jadi Seorang Pelatih Sepakbola

Cerita

by redaksi

Oscar Tabarez: Guru SD yang Jadi Seorang Pelatih Sepakbola

Pelatih Uruguay, Oscar Tabarez, memiliki julukan El Maestro atau “Sang Guru”. Julukan ini bukan terucap sembarngan. Pria asli Monteveido, Uruguay, tersebut memang memiliki kualifikasi untuk mengajar, dan pernah mengajar sebagai guru SD.

Perannya tidak main-main. Ia mengajar di sebuah sekolah di daerah miskin Monteveido. Ia berkontribusi sebagai pengajar baca tulis untuk orang dewasa dan edukasi untuk warga yang memiliki kekurangan dalam melihat. Di Uruguay, Tabarez, turut mengikuti sejumlah program pengembangan pendidikan seperti “Sport for Peace” dan “Development and Sport for All”.

Hal ini pula yang membuat Tabarez mendapatkan penghargaan dari Organisasi Pendidikan, Sains dan Budaya Dunia, UNESCO. Ia didapuk menjadi “Goodwill Ambassador” bagi UNESCO.

Pria bernama lengkap Oscar Washington Tabarez tersebut mengaku begitu memuja ajaran Che Guevara. Sebuah pajangan bertuliskan “Seseorang harus menguatkan diri sendiri tanpa pernah kehilangan kelembutan”, menggantung di dinding rumahnya di Monteveido. Tabarez menamai putrinya “Tania”, yang merupakan kekasih Guevara.

Uruguay merupakan negara dengan tingkat melek huruf terbesar di Amerika Selatan, dan merupakan yang terendah dalam tingkat korupsi. Negara dengan jumlah penduduk hampir tiga setengah juta jiwa ini, memiliki Indeks Pengembangan Manusia yang tinggi, satu di antara beberapa negara yang memiliki pemerataan pendapatan di dunia. Uruguay pun memiliki tingkat harapan hidup yang tinggi.

Satu hal lain, warga Uruguay menaruh hormat yang tinggi bagi sepakbola. Mereka menghasilkan banyak pemain kelas dunia.

Tabarez adalah salah satu warga Uruguay yang sukses dalam melatih. Ia menjuarai Copa Libertadores bersama Penarol pada 1987. Di level internasional, ia sukses membawa Uruguay menjadi juara Pan America pada 1983, dan Copa America pada 2011.

Ia menjadi sorotan setelah menyerukan keinginannya untuk keluar dari Komite Teknik FIFA. Ini akibat FIFA tidak memberikan waktu bagi Suarez untuk membela diri dalam sidang Komite Etik. Ia menganggap FIFA lebih memilih untuk mendengar media dalam memutuskan hukuman bagi Suarez.

Aksinya ini seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak rela Suarez diperlakukan tidak adil. Ia memang tidak memaafkan apa yang dilakukan Suarez kepada Chiellini, tapi ia juga menyesali keputusan FIFA yang dianggapnya berlebihan.

Tabarez seolah ingin menunjukkan bahwa ia bertaggung jawab atas apa yang dilakukan Suarez. Ia memilih mundur dari Komite Teknik FIFA, padahal posisi tersebut sulit untuk didapatkan bagi sebagian orang.

Seperti halnya seorang guru, Tabarez adalah panutan. Ia tidak memilih untuk tinggal diam, dan mengambil keputusan yang dirasa pantas.

Tabarez adalah guru di kelas dan di lapangan sepakbola.

Sumber gambar: Asiaone.com

[fva]

Komentar