Sepakbola, Bahasa Baru Bosnia

Cerita

by redaksi

Sepakbola, Bahasa Baru Bosnia

“Bagi kami, definisi sebuah negara, sudah dapat dijelaskan dengan baik oleh tim ini (timnas Bosnia Herzegovina). Bosnia lahir di lapangan sepakbola. Karena  harapan kami semua lahir di tempat itu,” ujar Asmir Selimovic, penduduk Srbernica, sebuah kota yang terletak di Bosnia Timur.

Bagi Bosnia, sepakbola adalah sebuah bahasa persatuan. Bagi negara yang baru seumur jagung itu, sepakbola juga merupakan bahasa perlawanan. Sampai batas tertentu, bagi mereka, bisa berlaga di Brasil, sudah merupakan sebuah kemenangan.

Bagaimana tidak, sebagian besar anak asuh Safet Susic, adalah pemain-pemain yang menghabiskan masa kanak-kanaknya dalam riuh-rendah senapan. Dalam hiruk pikuk perang. Bagian dari diaspora perang.

Sebagian dari mereka, pernah menghabiskan masa kecil mereka di pengasingan. Sebagian lagi, menghabiskan waktunya di pengungsingan. Dan sebagian sisanya, pernah membagi waktu dengan baik, untuk memanggul senjata dan untuk berlatih sepakbola.

Hal yang kemudian dapat kita maklumi. Mengingat Bosnia baru dinyatakan baru merdeka pada tahun 1995, setelah terbitnya kesepakatan Dayton. Kesepakatan yang mengakhiri perang saudara, antara Serbia dengan Bosnia.

Adalah Asmir Begovic, salah satu pemain yang pernah menghabiskan masa kecilnya dipengungsian. Sampai usia empat tahun, Begovic hidup di Kanada dan Jerman. Hingga akhirnya, ketika ia mengunjungi makam kakeknya di Hrasnica, ia tersadarkan, bahwa dirinya akan bermain untuk Bosnia. “Saat aku mengunjungi makam kakekku, aku tahu, dari mana aku berasal,” ujar Begovic.

Begitu juga dengan Edin Dzeko. Pemain Manchester City ini juga punya masa kecil yang menyedihkan. “Rumah kami hancur, dan kami harus mengungsi. Saya juga kehilangan teman-teman saya. Perang memang telah berakhir. Tapi memori kelam itu, masih tetap lekat diingatanku,” kata Dzeko, dalam sebuah sesi wawancara ESPN.

Namun, lewat Piala Dunia, memori kelam itu lambat laun akan luntur juga. Karena hari ini, anak-anak kecil Bosnia tak akan lagi dihantui dengan cerita-cerita mengerikan tentang sebuah peperangan. Cerita-cerita itu kini berganti dengan cerita indah tentang penampilan Vedad Ibisevic dkk. di Brasil tahun ini.

“Orang-orang mungkin tak akan mengerti akan hal ini. Bagi kami, bermain di Piala Dunia, bukanlah sebuah pertandingan semata. Karena ini adalah sebuah cerita yang akan menghapus cerita masa lalu,” ujar Ibisevic.

Pun dengan keikutsertaan Bosnia di Piala Dunia tahun ini, telah membuat anak-anak muda Bosnia tak kesulitan menemukan idola. Dahulu, sewaktu Dzeko dkk. masih kecil, mereka harus mengidolakan Andrey Shevchenko, mantan striker AC Milan yang berasal dari Ukraina. Tapi, karena kini Bosnia sudah punya banyak pemain berbakat, anak-anak kecil tak lagi kesusahan untuk menentukan idola mereka. Anak-anak Bosnia, kini bisa mengidolakan Miralem Pjanic. Bisa juga mengidolakan Vedad Ibisevic, pemain Bosnia yang mencetak gol pertama di Piala Dunia. Atau bisa juga mengidolakan Edin Dzeko, pemain yang sudah meraih banyak gelar bersama Man, City.

Jika sudah begitu, jadi wajar saja, bila masyarakat Bosnia, mengganggap raihan Bosnia sejauh ini sebagai sebuah kemenangan. Kemenangan yang sejauh ini jarang mereka dapatkan: mengangkangi Serbia.

[foto: guardian]

(mul)

Komentar