Sepakbola "Halal" ala Militan Somalia

Cerita

by redaksi

Sepakbola

Sepakbola adalah olahraga yang paling populer di dunia. Dikabarkan 250 juta orang dari lebih dari 200 negara memainkan olahraga ini. Termasuk salah satunya negara asal Afrika yang saat ini sedang dilanda perang, Somalia. Walaupun sepakbola di sana memiliki peraturan tersendiri.

Seperti yang dikisahkan Hamza Mohamed, jurnalis Aljazeera yang saat ini sedang bertugas di Somalia, di sebuah laman Harar24. Menurut Hamza, ada sebuah tim yang memainkan olahraga ini dengan cara ‘halal’. Maka dari itu mereka memiliki peraturan yang sesuai kaidah mereka.

Ia pernah melihat 40 orang pemuda dari Al-Shabaab, kelompok yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, meletakkan senjatanya dan mengganti seragam perang dengan jersey sepakbola – Ada yang memakai jersey Arsenal, Real Madrid, Manchester United dan Chelsea. Kebanyakan dari mereka menggunakan jersey Arsenal.

Mereka tak menggunakan celana pendek. Semua pemain wajib mengenakan celana di bawah lutut. Lalu jersey mereka pun wajib berlengan panjang, menutupi sikut. Pertandingan wajib berakhir 15 menit sebelum waktu adzan.

Perayaan gol bagi kelompok Al-Shahaab sangat dilarang. Bahkan jika ada yang memperagakan perayaan gol ala pesepakbola terkenal, akan ada hukuman yang sudah menanti.

Gaya gol Mario Balotelli yang melepaskan pakaiannya, akan diberi hukuman larangan bermain sepakbola seumur hidup. Meniru perayaan gol Roger Milla yang berputar-putar di sekitar bendera tendangan sudut pun akan mendapatkan larangan bermain seumur hidup ditambah hukuman cambuk. Apalagi jika merayakan gol dengan gaya seolah memberikan ciuman, kehilangan lidah akan menjadi hukumannya.

Ketika mencetak gol, mereka hanya akan meneriakkan ‘Allahu Akbar!’, sambil diikuti rekan-rekan setimnya yang ikut meneriakkan ‘Allahu Akbar!’ yang memiliki arti “Allah Maha Besar”. Atau kadang-kadang saat mencetak gol mereka meneriakkan nama pemimpin mereka, Seikh Abu Zubeyr.

Para pemain pun wajib menghormati wasit. Jika ada pemain yang memprotes keputusan wasit, pemain tersebut akan diberhentikan dari tugasnya. Misalnya si pemain tersebut seorang tentara bom bunuh diri, maka ia akan diberhentikan dari posisi tersebut atau dipindahkan ke dalam daftar tunggu. Hal yang memalukan bagi mereka karena dianggap membuat ‘jalan menuju surga’-nya menjadi tertunda.

Para pemain Al-Shahaab juga mengenakan penutup wajah untuk menyembunyikan identitas asli mereka. Apalagi ketika tim lawan adalah tim lokal dengan penggemar yang hadir untuk menyaksikan pertandingan, mereka tetap akan menggunakan penutup wajah. Tapi jika bermain di tempat yang jauh dari kota dan keramaian seperti di pantai, mereka akan melepaskan penutup wajah tersebut dan bermain 'tanpa aturan'.

Selepas pertandingan berakhir, para pemain Al-Shabaab kembali mengenakan seragam tentara mereka. Mereka kembali bertugas sebagai tentara perang, kembali bertugas sebagai tentara yang menurut mereka berjuang di ‘jalan kebenaran’.

foto: zegabi.com

[ar]

Komentar