Frank De Boer Kunci Sukses Ajax Amsterdam

Cerita

by redaksi

Frank De Boer Kunci Sukses Ajax Amsterdam

Publik telah mengenal luas nama Frank De Boer sebagai pemain yang membantu Ajax memenangi Liga Champions pada musim 1994/1995. Kiprah Frank sebagai manajer memang baru dimulai pada akhir 2010. Belum genap empat tahun melatih, ia telah memberikan gelar juara Eredivisie untuk Ajax Amsterdam selama empat tahu berturut-turut.

Anehnya, prestasi gemilang Frank tidak membuat banyak klub top Eropa berniat merekrutnya. Hanya Tottenham Hotspur yang hampir membuatnya berlabuh ke London. Beruntung, Frank masih memilih untuk tinggal di Ajax dan meneruskan prestasinya di sana.

“Ini adalah gelar yang paling indah dari empat gelar,” tutur Frank menanggapi keberhasilan Ajax menjuarai Eredivise musim 2013/2014. Ia telah membuat sejarah bagi Ajax dengan memenangkan empat gelar juara secara beruntun. Ia menyamai prestasi Rinus Michels dan Louis van Gaal dengan jumlah trofi yang sama.

Menurutnya, ketika ia ditunjuk sebagai pelatih, Ajax tidak memainkan sepakbola. “Aku menginginkan permainan yang dominan, sepakbola menyerang, mengembangkan pemain muda dari akademi kami, dan membangung sebuah tim yang kompetitif. Aku pikir, aku telah menyelesaikan misiku (di Ajax). Sekarang, penempatan posisi dan teknik individu menjadi faktor kunci bagi Ajax,” tutur pria kelahiran 1970 ini.

Ia mengungkapkan kegembiraannya melihat pemain binaan Ajax seperti Davy Klaassen, Joel Veltman, dan Jairo Riedewald memainkan peranan kunci dalam keberhasilan Ajax meraih juara. Klaassen terpilih menjadi pemain muda terbaik Eredivisie musim ini.

“Ambil contoh Klaassen, dia seharusnya menjadi contoh bagi setiap pemain muda yang ingin masuk ke tim utama. Ketika aku bekerja sama dengan tim U-15, bukan hanya tekniknya yang sempurna yang membuatku terkesan, tapi juga semangat juangnya bagi klub. Kualitas seperti ini tidak mudah untuk ditemukan dalam diri para youngster. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri ketimbang tim,” ujar Frank.

Frank selalu memuji kinerja staf yang berada di balik kesuksesan Ajax. Menurutnya, mereka memiliki peran yang sangat penting dan fundamental baginya dalam membangun sebuah skuat yang berkualitas.

Frank memiliki empat asisten: Hennie Spijkerman, Dennis Bergkamp, Jaap Stam, dan Carlo I’Ami. Ia menggambarkan Hennie sebagai supervisor yang mengorganisasi para pemain. Stam melatih para pemain belakang, dan I’Aimi sebagai pelatih kiper.

Dalam mengorganisasi permainan, keputusan fundamental pernah diambil Frank. Salah satunya adalah perubahan posisi Daley Blind dari bek kiri menjadi gelandang bertahan.

“Di lini tengah, Daley dapat memperlihatkan dua sisi kemampuannya, mencampurkan kemampuan bertahan dengan kualitas sepakbolanya. Gelandang bertahan adalah peran yang membutuhkan banyak kualitas: kecepatan, antisipasi, kemampuan membaca permainan, dan untuk mengumpan. Dia berada dalam pusat dari taktik, jantung permainan, dan berada di tengah lapangan di mana semuanya berjalan lewat dia. Daley telah melakukan pekerjaan yang hebat,” kata Frank.

Meskipun mengalami start yang sulit di awal musim, tapi Ajax memenangi gelar liga dengan hanya kebobolan 26 gol. Frank menuturkan, kepergian Christian Eriksen dan Toby Alderweireld menjadi salah satu alasannya. Selain karena masalah taktik, Frank juga menganggap timnya kurang memiliki rasa percaya diri. Ia mengungkapkan, momen kuncinya adalah ketika para pemainnya berkembang dan mengerti kapan harus mengambil resiko dan kapan melepaskannya.

Keberhasilan di kompetisi domestik ternyata tidak diikuti pencapaian prestasi mereka di kancah Eropa. Musim lalu, mereka hanya menempati peringkat ketiga di bawah Barcelona dan AC Milan. Ia mengaku kecewa dengan penyelesaian akhir dari para pemainnya. Ia juga menyoroti taktik ultra defensive yang diterapkan AC Milan. Menurutnya, taktik seperti itu, tidak akan pernah ditemukan di Belanda. Maka, ia tidak memiliki cara untuk menembusnya.

Keberhasilannya bersama Ajax, membuat Tottenham Hotspur berminat untuk meminangnya. Menurutnya, ia hanya akan pindah ke klub besar yang menawarkan tantangan besar pula. Di mana ia dapat menguji kemampuan dirinya sendiri. Menurutnya, sempat terjalin pembicaraan dengan Tottenham Hotspur. Namun, ia lebih memilih bersama Ajax.

Ketika ditanya bagaimana ia menanggapi masa depannya, ia menjawab dengan singkat, “Aku sangat senang berada di sini, di Amsterdam,” tuturnya.

Sumber gambar: Fifazine.com

[fva]

Komentar